Tsabit
Al-Banani ra. Menceritakan bahwa suatu hari setan menampakan wujud
kepada Nabi Yahya as. Saat itu, Nabi Yahya melihat setan membawa pengait
seperti pancing.
"Apa Itu ?" Tanya Nabi yahya.
"Inilah Nafsu Syahwat. Dengan ini aku menggoda dan memperdaya manusia", Jawab setan.
Setan memang
kerap menadikan nafsu syahwat sebagai kendaraan dalam menggoda manusia.
Nafsu syahwat adalah senjata ampuh setan untuk memperdaya manusia.
Setiap manusia
memiliki hawa nafsu. Ketika ia dikendalikan dengan baik, maka hawa nafsu
bisa memberikan dampak positif. Akan tetapi, ketika hawa nafsu dilepas
tanpa kontrol, maka ia akan menimbulkan dampak negatif yang luar biasa.
Manusia adalah makhluk yang sempurna. Dikaruniai akal sekaligus hawa nafsu.
Jika malaikat
taat beribadah kepada Allah, itu wajar. Karena, malaikat tidak
dikaruniai hawa nafsu oleh Allah. Maka jika manusia taat beribadah
kepada Allah, maka ia lebih mulia daripada malaikat. Karena, ia mampu
mengendalikan hawa nafsunya.
Demikian juga,
Jika mnusia gemar memperturutkan hawa nafsunya, maka ia lebih rendah
daripada binatang. Karena manusia dikaruniai akal, sedang binatang tidak
dikaruniai akal. Binatang hanya dikaruniai hawa nafsu. Jika binatang
seumur hidupnya memeperturkan hawa nafsunya itu wajar. Tetapi, jika
manusia memperturtkan hawa nafsunya, tentulah ia lbih rendah daripada
binatang.
Alqur'an menerangkan.
"Maka pernahkah
kamu melihat orang yang menjadikan hwa nafsunya sebagai Tuhannya dan
Allah membiarkan sesat dengan sepengthuannya, dan Allah telah mengunci
pendengaran dan hatinya serta meletakan tutup atas penglihatannya? maka
siapakah yang mampu memberinya petunjuk selain Allah? mengapa kamu tidak
mengambil pelajaran?"
(QS. Al-Jatsiyah: 23)
Pada fitrahnya
manusia itu cenderung kepada kebaikan karena pada asalnya jiwa manusia
itu suci (QS. Al-Kahfi:74). Namun kemudian, jiwa yang semula sci itu
menjadi ternoda ketika manusia memperturutkan hawa nafsunya.
Konsekuensinya, fitrahnya yang semula cenderung kepada kebaikan
perlahan-lahan mulai terkikis. Ia menjadi kurang sensitif lagi terhadap
kebaikan. Karena, jiwanya telah terkotori oleh perbuatan mempertrtkan
hawa nafsu. Hawa nafsu cenderung mengajak kita kepada keburukan dan
maksiat.
Alqur'an menerangkan:
Dan aku tidak
menyatakan diriku bebas dari kesalahan, karena sesungguhnya nafsu itu
selalu mendorong kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh
Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku maha pengampun, maha penyayang (QS.
Yusuf:53)
Oleh karena
itu, beruntunglah orang yang mampu mengendalikan hawa nafsunya, Jiwanya
tidak terkotori dan tetap bersih, sehingga ia cenderung kepada kebaikan.
Sebaliknya, Merugilah orang yang mengotori jiwanya dengan memperturtkan
hawa nafsunya.
Oleh karena
itu, kita harus mampu mengendalikan hawa nafsu kita agar tidak menyeret
dan menjerumuskan kita kepada jurang dosa dan maksiat. Kita harus
melakukan Mujahadah (Perjuangan mengendalikan hawa nafsu) dengan
konsisten. Ingatlah pesan Rasulullah ketika kembali dari medan perang
badar yang dasyat.
"Raja'na min jihadil asghar ila jihadil akbar
(kita kembali dari jihad kecil menuju jihad yang lebih besar)" terang Rasullulah.
"Apakah ada jihad yang lebih besar daripada perang Badar yang dasyat ini, ya Rasulullah?"
tanya para sahabat.
"Ya, yaitu perang melawan hawa nafsu"
Cerita ini saya ambil dari seorang penulis muda yang produktif yaittu Ustadz Muhammad Syafi'ie el-Bantanie. Semoga cerita tersebut dapat bermanfaat buat kita semua.
agar kita lebih behati-hati terhadap godaan setan yang akan menjerumskan kita kdalam neraka jahanm.
Sumber : Algoritma Cyber
Belum ada komentar untuk "Rahasia Setan Kepada Nabi Yahya AS."
Posting Komentar
Harap berkomentar sesuai dengan isi posting & komentar spam tidak akan ditampilkan.